Menikmati Wisata Di Kota Bandung Bersama Bandros Permen

Bandros…

Siapa yang tidak kenal bandros. Orang mungkin tahunya bandros itu makanan khas priangan yang terbuat dari tepung beras dengan parutan kelapa dan santan. Tapi, bagi warga Bandung punya arti sendiri. Bandros yang dimaksud disini adalah kendaraan berupa bus wisata yang digunakan untuk berkeliling di kota Bandung.

Bandros yang beroperasi di kota Bandung ada dua pengelola :

  • Bandros Mang Dudung, yang dikelola oleh komunitas masyarakat Bandung yang peduli Bandung
  • Bandros APBD 2017 atau lebih dikenal dengan nama bandros permen, yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung

Nah disini saya mau berbagi cerita tentang bandros permen.

Continue reading “Menikmati Wisata Di Kota Bandung Bersama Bandros Permen”

Mendadak Jalan

Berawal dari miss time gara-gara antri beli nasi padang n cemilan, kamis malam itu. Pk 19.50 posisi masih di daerah suci, sementara kereta malam berangkat pk 20.00. Sebenarnya sih hopeless tiba di stasiun Hall Bandung dalam 10 menit. Tapi saya yakinkan diri dan teman-teman saya bahwa “Kita berangkat malam ini dengan kereta api..”.

“Alhamdulillah…” ujarku, sesampainya di stasiun Hall. Saat melirik jam, waktu masih menunjukkan pk 19.55. Haha..lucu, ternyata belum terlambat. Maklumlah, angkutan umum tadi ngebutnya bikin jeleng. Setelah duduk di kereta, tanpa basa basi langsung menyerbu nasi padang yang tadi dibeli.

Sepanjang perjalanan di kereta, banyak pemandangan yang dilihat. Mulai dari orang yang sibuk mencari tempat duduk kosong, portir yang mengangkut barang, lalu lalang penjual makanan dan minuman, kondektur yang memeriksa tiket, pengamen dengan irama musik, sampai suara gesekan rel dan roda kereta yang memecah keheningan malam itu.

Continue reading “Mendadak Jalan”

Gunungan Djokdja

Tema tur kali ini berbeda dengan yang sebelumnya. Setelah ngedadak tur, kami kembali menapaki kota Yogyakarta. Lagi-lagi kota ini yang jadi pilihan. Jujur saja, kota ini jadi kota kedua setelah Bandung yang menarik perhatian kami. Entah karena situasinya, karena kenyamannya, ataupun masyarakatnya. Kota ini terkenal dengan sebutan kota wisata.

Jam 7 malam, di terminal Cicaheum Bandung kami menunggu bis yang akan membawa kami. Mana ya? Oh itu dia..Kramat Jati!

Dengan berbekal roti kadet, snack kecil, coklat, permen, air mineral dan nasi goreng, kami bersemangat untuk melancong. Sepanjang jalan tak hentinya kami bercakap-cakap dan tertawa ria. sampai saat lapar menjemput perut untuk melahap nasi goreng. Hm..yummy! Nasi goreng Ling punya hehe..

Continue reading “Gunungan Djokdja”

Rosmellix dkk : Jalan-jalan ke Batu Lonceng

Pagi itu saya bergegas menuju Ledeng, janji bertemu teman-teman di gerbang UPI. Hari itu, saya bolos kerja karena memang hendak jalan-jalan ke Batu Lonceng Lembang bersama Jesis, Dimas, Ucan, dan Cindy.

Perjalanan dimulai dengan angkutan ke arah Lembang, dan berhenti di pasar Lembang. Dari sini, kami naek angkutan pedesaan ke arah Cibodas. Angkutan ini semacam oplet, sudah tua dan sebenarnya sudah tidak layak untuk digunakan. Dan waduh…kami harus duduk sekitar satu jam menunggu angkutan ini penuh dengan penumpang (kebanyakan ibu-ibu) yang belanja di pasar Lembang.

Continue reading “Rosmellix dkk : Jalan-jalan ke Batu Lonceng”

Berbagi cerita lewat gowes saguling

Baru saja hari minggu kemarin bergowas gowes ke saguling. 35 km eh ternyata 45 km coy, melelahkan juga (bagi yang awam). Masih berasa pegal badan dan kaki, maklum tanjakan dan turunan yang dilewati itu panjangnya 128 km. Busyeet!! Belum lagi batuk dan bersin yang mengusik. Saya pun sampai terkapar beberapa hari untuk istirahat.

Berangkat pukul 5.30 pagi menuju rumah Gustar untuk meminjam sepeda gunung miliknya. Bersama dia, saya melaju menuju ke alun-alun. 20 menit kemudian ketika tiba, tampaklah mobil pick up dengan neng Ulu yang sudah lebih dulu tiba. Tanpa berbasa-basi lagi, saya yang kelaparan dari rumah mengajak Ulu dan Gustar makan pagi.

sarapan berdempetan or ma sepeda??
rela berdempatan demi sepeda atau sarapan??

Kami yang sedang asyik-asyik menikmati sarapan pagi, harus berangkat, karena Inda, Hamda, pak Moro sudah di depan mata. Akhirnya duduklah kami semua bersempit-sempit ria di bagasi mobil pick up dengan deretan sepeda-sepeda gunung, walaupun sebenarnya di jok depan kosong. Mungkin pada enggan bergabung dengan driver seorang.

Sepanjang jalan menuju Kota Baru Parahyangan (titik awal buat ngegowes), pick yang membawa kami ini melewati jalan utama Jendral Sudirman. Banyak mata memandang seakan bertanya hendak kemanakah ini?

Lucu juga karena di samping kiri mobil ini, banyak para pesepeda menggowes sepeda, sedangkan kami dan sepeda gunung seperti menumpang mobil pick up. Wah..perut ini tak sanggup lagi menahan rintihan yang sedari tadi menjerit minta diisi. Saat itu juga, saya membuka kembali bungkusan nasi yang terpotong di Alun-alun tadi. Dan ternyata, ada yang lapar juga.Ulu yang berbaik hati pun memberikan bungkusan sarapannya pada Hamda. Wah..baik ya..hehe.

Tak peduli keadaan atau bau apapun, kami berdua asyik menyantap nasi bungkusan sambil dikomentari oleh kawan-kawan.

Continue reading “Berbagi cerita lewat gowes saguling”

Heritage Walks bersama Gagasceria

Tiba-tiba aja jam 7 pagi sudah ada di Preanger. Sambil duduk, saya baca lagi tulisan tangan. Hari ini emang ada tur alam buatan bertemakan sejarah Bandung dengan SD Gagas Ceria. Sambil ngelamun, saya tersenyum sama bapak satpam yang dari tadi memandang. Rupanya emang bapak satpam nunggu-nunggu “..mana rombongan dari Bandung Heritage teh..”.

Pukul 7.50, datang minibus yang dikira pikir mau nabrak pintu gerbang Hotel Preanger. Ups..ternyata supir bus-nya salah jalan masuk ke Preanger..
Mungkin karena nggak tau pintu mana yang bisa dilalui

Sudah jam 8 kurang, entah mengapa juga, Kang Hariavo yang mustinya menemani saya, mendadak meriang. Untung…ada Kang Dadan (awalnya emang niat cuman foto aja, tapi jadi kecipratan guiding hehe). Peserta tur kali ini dibagi jadi 2 grup. Saya pegang grup pertama, Kang Dadan grup yang kedua.

berkenalan..
berkenalan..

Saya perkenalkan diri dan mulai bercerita tentang Bandung purba, berlanjut ke Jalan Asia Afrika dan disambung dengan kisah Bandung tempo dulu. Belum selesai saya bicara, ada yang bertanya..”Kak, Daendels itu sudah pernah kesini y..?
Wah..tampaknya adik-adik dari Gagas Ceria sudah pada tahu nic.. Hm..saya jadi kewalahan dihujani dengan berbagai macam pertanyaan hehe..

Spot pertama yang dituju itu KM 0 yang terlihat dengan monumen setum-nya.. Lucu, ada yang bertanya, “..bahan bakarnya apa?”, “..kenapa kok monumen-nya tahun 2004..?”. Hahaha..spontan, saya dan guru-guru pembimbingnya (Mba Irna dan Mba Nining) geli denger pertanyaan mereka. Ada satu tanda yang mereka tanya, dan..jujur aja saya nggak tau itu teh apa..sepakat jadi pe-er buat grup kami ini hehe..

Continue reading “Heritage Walks bersama Gagasceria”